Ada seorang laki-laki miskin yang menjaga dan mengurusi ibu, istri dan anak-anaknya dan ia juga bekerja sebagai pembantu yang tulus dan menunaikan kewajibannya sebaik-baiknya di rumah majikannya.

Suatu hari ia absen dari pekerjaannya, maka majikannya berfikir untuk menambah gajinya satu dinar supaya tidak absen lagi, karena dia tahu pembantunya sangat membutuhkan uang untuk menghidupi keluarganya.

Dan memang benar, esok harinya ditambahlah gajinya satu dinar pembantunya tersebut tidak berkata sepatah kata-pun, dan juga tidak bertanya kepada majikannya tentang penambahan tersebut.

Beberapa lama kemudian, pembantunya tiba-tiba absen lagi maka majikannya marah besar, "sudah ditambah kenapa engkau tidak masuk kerja, saya akan mengurangi gajimu satu dinar yang sebelumnya telah aku tambahkan untukmu!", pembantunya hanya terdiam dan tidak berkata sepatah katapun.

Majikannya merasa sangat heran terhadap pembantunya ini, maka ia bertanya kepadanya : aku tambah gajimu engkau tidak bertanya kepadaku, kenapa gajiku ditambah, dan aku kurangi gajimu engkau juga tidak protes, kenapa gajimu aku kurangi ?

Maka pembantunya menjawab : pada waktu absen pertama, Allah memberikan karunia kepadaku seorang anak, sehingga aku tidak masuk kerja, ketika anda berikan tambahan gaji, aku-pun berkata : ini adalah rezeki Allah untuk anakku, datang bersama kelahirannya.

Pada waktu absen kedua, aku tidak masuk kerja karena ibuku meninggal, setelah itu, anda potong gajiku, akupun berkata : ini adalah rezeki Allah untuk ibuku, pergi bersama dengan kepergiannya.

Hikmahnya : Sungguh indah jiwa yang selalu menerima dan ridho dengan ketetapan Robb-nya dan tidak menyandarkan bertambah atau berkurangnya rezekinya kepada seorang manusiapun.

Ditulis oleh Ust. Abu Saad Rahimahullah.     

0 Comments